Jika Ruben Amorim resmi bergabung dengan Manchester United sebagai pelatih, ada spekulasi kuat bahwa ia akan menerapkan formasi 3 bek yang menjadi ciri khasnya di Sporting CP. Amorim, yang dikenal sebagai pelatih yang cerdik dalam menyesuaikan strategi, telah lama memandang formasi 3-4-3 atau 3-5-2 sebagai sistem ideal untuk mendominasi penguasaan bola, baik dalam menyerang maupun bertahan. Dengan formasi ini, Amorim mampu membangun tim yang solid dalam pertahanan namun fleksibel saat menyerang, membuatnya menjadi salah satu taktik yang efektif untuk menghadapi berbagai gaya permainan.
3 Bek sebagai Pondasi Utama
Formasi 3 bek dianggap Ruben Amorim sebagai pondasi utama tim yang kuat. Dengan tiga pemain belakang, United akan memiliki garis pertahanan yang lebih fleksibel dan mampu beradaptasi saat menghadapi serangan lawan yang variatif. Selain itu, 3 bek juga memungkinkan bek tengah untuk memainkan peran yang lebih modern, di mana mereka tidak hanya berfokus pada pertahanan tetapi juga terlibat dalam distribusi bola. Dengan adanya tiga bek, dua bek sayap dapat lebih aktif naik membantu serangan, menciptakan ancaman di sisi sayap yang menjadi kunci dalam membongkar pertahanan lawan.
Dominasi Penguasaan Bola
Amorim sangat percaya bahwa penguasaan bola adalah kunci untuk memenangkan pertandingan, dan formasi 3 bek adalah jalan menuju hal itu. Dalam sistem ini, lini tengah menjadi lebih padat, memungkinkan United mengontrol permainan dengan lebih baik. Dengan tambahan pemain di lini tengah, United dapat dengan mudah mengalirkan bola ke berbagai arah dan menjaga tempo permainan sesuai kebutuhan. Keunggulan ini sangat penting dalam menghadapi tim-tim kuat di Premier League, yang sering kali menerapkan pressing tinggi. Dengan menguasai bola lebih lama, United dapat mengurangi intensitas tekanan dari lawan sekaligus membuka ruang untuk serangan.
Fleksibilitas dalam Penyerangan dan Pertahanan
Formasi 3 bek yang diterapkan Amorim di Sporting memungkinkan tim untuk cepat beradaptasi antara menyerang dan bertahan. Saat menyerang, gelandang tengah dan bek sayap dapat maju ke depan untuk menambah jumlah pemain di area lawan, menciptakan tekanan yang sulit diatasi oleh lawan. Di sisi lain, ketika dalam posisi bertahan, formasi ini bisa dengan cepat berubah menjadi blok pertahanan lima pemain (5-3-2), yang sangat sulit ditembus.
Kelebihan lain dari formasi ini adalah fleksibilitas peran pemain. Dalam skema Amorim, pemain di lini tengah tidak hanya bertugas sebagai penghubung antar lini, tetapi juga memiliki kebebasan untuk membantu penyerangan atau pertahanan sesuai situasi di lapangan. Gaya ini memungkinkan pemain tengah United, seperti Bruno Fernandes, untuk lebih banyak terlibat dalam pengaturan serangan tanpa mengabaikan aspek bertahan.
Kunci Adaptasi Manchester United di Premier League
Premier League terkenal dengan tempo permainan yang tinggi dan tingkat persaingan yang ketat, sehingga taktik ini harus dapat diadaptasi agar sesuai dengan karakteristik pemain dan tantangan di Inggris. Amorim diyakini akan membuat beberapa penyesuaian pada taktiknya untuk memaksimalkan potensi pemain yang dimiliki United saat ini. Dengan adanya pemain yang memiliki kualitas dalam penguasaan bola dan serangan, seperti Bruno Fernandes, Casemiro, dan bek sayap eksplosif seperti Luke Shaw atau Diogo Dalot, United di bawah Amorim bisa menjadi tim yang sangat sulit diprediksi dan memiliki penguasaan permainan yang solid.
Dengan mengadopsi formasi 3 bek ini, Ruben Amorim berupaya menghadirkan Manchester United yang lebih dominan, menguasai lapangan, dan fleksibel dalam menghadapi berbagai situasi. Jika strategi ini diterapkan dengan baik, bukan tidak mungkin United akan tampil lebih tangguh, solid di lini belakang, dan efektif dalam membangun serangan yang variatif di Premier League.